
Einstein ketika kecil memang tidak pernah berbicara hingga usia 6 tahun. Jadi karena hal tersebut keluargannya semakin bingung apa alasan dia tidak mau berbicara dan menulis. Setiap harinya Einstein belajar dengan rajin dan tidak pernah membiarkan waktu melahap waktunya untuk belajar. Pergi kemanapun ia membawa buku tapi tetap dia tidak pernah menulis. Memang ketekunan yang dimiliki oleh Einstein tidak ada duannya. Setiap hari ayah Einstein menyelidiki ada apa dengan putra satu-satunya itu, bahkan ada beberapa orang yang mengatakan "Bunuh saja anakmu itu, dia hanya akan merepotkanmu buat apa kamu menghidupinya".
Pada akhirnya ayah Einstein sudah pasrah dan menuruti apa kata orang tersebut untuk membunuh anak satu-satunya. Rencananya dia akan membunuh Einstein setelah makan malam. Akhirnya semua keluarga Einstein pun berkumpul untuk makan malam. "Nak, aku akan menangisimu seumur hidup" ucap ayah Einstein. Semua anggota pun bingung dan hanya diam. Tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara ketukan pintu. Kemudian Einstein membuka pintu itu, yang dilihatnya adalah paman yang baru datang dari luar kota. Tiba-tiba mata Einstein terpaku pada sebuah benda yang menempel pada saku pamannya.
Makan malam berjalan dengan suasana yang sepi seakan berada di kuburan sendiri dan mendengar suara jangkrik. "Nak pertanyaan yang terakhir untuk kamu, kenapa kamu tidak mau menulis dan berbicara?". Ucap ayahnya. Tiba-tiba Einstein mengambil benda yang ada di kantong pamannya dan menulis di selembar kertas yang tulisannya "aku sepeti ini karena ayah tidak pernah membelikan kemauanku untuk membelikanku bolpoin Snowman". Kemudian ia mengatakan sesuatu "Bu, sayur ibu terlalu asin aku tidak mau menghabiskannya"."Demi jenggot marlin kamu bisa berbicara, tapi kenapa kamu tidak pernah berbicara nak ?". Kata ibunnya. "aku tidak pernah berbicara karena tidak pernah ada yang salah dalam hidupku ini, dan tadi sayur ibu terlalu asin jadi aku mengucapkannya".
0 comments:
Post a Comment